*...Aku hanya ingin cinta yang halal... Di mata dunia juga akhirat...♥♥* ^_^

Kamis, 28 Oktober 2010

CINTA ITU SEPERTI ORANG YANG SEDANG MENUNGGU BIS.....


Cinta itu sama seperti orang yang menunggu bis.Sebuah bis datang, dan kamu bilang,

"Wah.. terlalu penuh, sumpek, bakalan nggak bisa duduk nyaman neh!

Aku tunggu bis berikutnya aja deh."Kemudian, bis berikutnya datang.

Kamu melihatnya dan berkata,"Aduh bisnya kurang asik nih, nggak bagus lagi.. nggak mau ah..

"Bis selanjutnya datang, cool dan kamu berminat, tapi seakan-akan dia tidak melihatmu dan lewat begitu saja.

Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis itu kosong, cukup bagus, tapi kamu bilang,"Nggak ada AC nih, bisa kepanasan aku".

Maka kamu membiarkan bis keempat itu pergi.Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi ke kantor.

Ketika bis kelima datang, kamu sudah tak sabar, kamu langsung melompat masuk ke dalamnya.

Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar kalau kamu salah menaiki bis. Bis tersebut jurusannya bukan yang kamu tuju!

Dan kau baru sadar telah menyiakan waktumu sekian lama.

Moral dari cerita ini : sering kali seseorang menunggu orang yang benar-benar 'ideal' untuk menjadi pasangan hidupnya.

Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealan kita.

Dan kamu pun sekali-kali tidak akan pernah bisa menjadi 100% sesuai keinginan dia.

Tidak ada salahnya memiliki 'persyaratan' untuk 'calon', tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di depan kita.Tentunya dengan jurusan yang sama seperti yang kita tuju. Apabila ternyata memang tidak cocok, apa boleh buat.. tapi kamu masih bisa berteriak 'Kiri'! dan keluar dengan sopan.Maka memberi kesempatan pada yang berhenti di depanmu, semuanya bergantung pada keputusanmu. Daripada kita harus jalan kaki sendiri menuju kantormu, dalam arti menjalani hidup ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi.Cerita ini juga berarti, kalau kebetulan kamu menemukan bis yang kosong, kamu sukai dan bisa kamu percayai, dan tentunya sejurusan dengan tujuanmu, kamu dapat berusaha sebisamu untuk menghentikan bis tersebut di depanmu, agar dia dapat memberi kesempatan kepadamu untuk masuk ke dalamnya. Karena menemukan yang seperti itu adalah suatu berkah yang sangat berharga dan sangat berarti. Bagimu sendiri, dan bagi dia.Lalu bis seperti apa yang kamu tunggu? :-)

Mbah Marijan Meninggal karena Allah

Menurut berita dari detikNews tanggal 27 Oktober 2010, Mbah Marijan, sang juru kunci gunung Merapi, ditemukan oleh tim SAR telah meninggal di rumahnya. Tubuh dan pakaiannya terbakar oleh “Wedhus Gembel” alias semburan awan panas dari gunung Merapi yang meletus malam sebelumnya. Beliau ditemukan meninggal dalam keadaan sujud di dapur rumahnya.

Siapakah Mbah Marijan?

Bagi orang Yogja, nama itu bisa setenar nama Sultan Hamengkubuwono. Lelaki kelahiran tahun 1927 itu memang ditunjuk sebagai Juru Kunci gunung Merapi oleh Sang Sultan sejak 1982.


Tahun 2006, namanya semakin terkenal karena ia ‘enggan’ turun gunung untuk mengungsi dari desa Kinahrejo yang hanya berjarak 5 km-an dari lereng Merapi. Karena keteguhan dan ketenangannya itu, banyak media massa dan orang yang percaya bahwa beliau memiliki “hubungan khusus” dengan penguasa Merapi, memiliki ilmu dan kesaktian yang menjadikannya tahu apakah Merapi akan meletus atau tidak. Bahkan bagi sebagian orang, ia sendiri disebut sebagai penguasa Merapi.

Maka ketika berita meninggalnya Mbah Marijan di lereng gunung Merapi menyebar, sebagian orang memandangnya dengan sinis. Ironis dan tragis, katanya, sang juru kunci justru tewas di tangan gunung yang dijaganya. Bukan engkau Mbah, yang bisa memerintah Merapi, kata yang lain.

Benarkah gambaran sosok Mbah Marijan yang demikian? Adakah yang mengenal dengan dalam sosok manusia sepuh ini?

Mbah Marijan sebagai Hamba Allah yang Shalih

Bayu Gawtama, salah seorang tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Dompet Dhuafa Republika, berhasil menemuinya pada tahun 2006 dan mengungkap keshalihan pribadi pria beralias Raden Mas Penewu Surakso Hargo ini dalam blognya. Berikut adalah kutipan ungkapan-ungkapan beliau, yang penuh hikmah dan bisa kita ambil pelajarannya.
"Jangan tanya saya, tanyakan kepada Allah. Dia yang mengatur semua, Gusti Allah yang punya kehendak."
Jawaban si Mbah ketika orang bertanya kapan Merapi akan meletus.

“Kamu itu harus sering melihat ke bawah, jangan ke atas. Lihat nih Mbah, hidupnya seperti ini. Kasih tahu teman-teman yang hidupnya berlebih, contoh Mbah yang sederhana ini,” sambil memperlihatkan gajinya dari Keraton yang cuma Rp. 5.800,-

“Masalahnya, saya diizinkan atau tidak oleh pemerintah kalau saya berdoa kepada Gusti Allah… Cukup semua masyarakat bersama-sama berdoa, boleh dari rumahnya masing-masing, meminta kepada Allah agar Merapi tak jadi meletus.”

“Saya ini orang kecil, hanya berbahasa menggunanakan bahasa orang kecil. Karena itu, omongan saya didengar oleh orang kecil. Bahasa Indonesia itu hanya dipakai oleh orang besar. Dan bahasa Indonesia itu terkesan sombong, saya tak mau dibilang sombong.” (Tentang keengganannya berbahasa Indonesia).

Demikianlah, sebuah gambaran sisi kemanusiaan dari Mbah Marijan yang suka berdzikir di Masjid di depan rumahnya itu. Sosok yang rendah hati dan sederhana. Yang memegang teguh amanat hingga akhir hayatnya meski dengan upah yang tak seberapa. Yang meyakini keterbatasan kemampuan dirinya. Yang takut akan kesombongan dan meyakini sepenuhnya bahwa pada Allah-lah pengetahuan yang ghaib dan kekuasaan yang sebenarnya.

Semoga sujud kematian Mbah Marijan adalah wujud ketundukannya kepada Allah Sang Raja Semesta.

Sumber : BLog Al - Habib




Sabtu, 09 Oktober 2010

Aku Bingung??


Aku bingung dengan sikapnya.
Aku tak suka perhatiaanya padanya. Perhatiaanya yang membuatnya menjadi tak sepantasnya.
Aku muak dengan semua ini.
Aku benci dengan kenyataan ini.
Kenyataan yang slalu membuatku menjadi bukan aku.
Aku bingung.
Aku tak tau apa yang harus aku lakukan?
Aku tak tau apa yang ku katakan?
Aku tak tau apa yang aku tulis?
Begitu berat,
Aku ingin berbagi.
Aku ingin Berkata,
Aku ingin Teriak,
Namun aku tak sanggup.
Aku tak bisa.
Aku takut.
Yang dapat kulakukan hanyalah satu,
Curhat kepadaMU ya Allah,
Dengan segala kerendahan dan keteguhan hati, ku serahkan semua kegelisahanku, ketakutanku,
Kecemasanku.
karena hanya kaulah yang tau perasaanku..
Buatlah orang2 di sekelilingku mengerti akan sikapku..
Buatlah orang2 yang ku sayangi memahami akan sikapku, perasaanku.

Jumat, 01 Oktober 2010

HATIKU TAK SEMENDUNG TARAKAN HARI INI


Walaupun Tarakan Mendung,
tapi tak begitu dihati kita.
Melihat kota kecil kita yang telah damai,
Melihat anak-anak pergi sekolah,
Melihat orang-orang beraktivitas,
Mobil motor berlalu lalang,

Hati ini tentu damai rasanya... ;)

Semoga Tragedi itu [27-29/09/2010],
Menjadi Kenangan Pahit untuk kita warga Tarakan tercinta...

Terima Kasih Tuhan, atas nikmat hidup yang begitu Indah.. ^__^

TARAKAN BERDAMAI


TARAKAN – Akhirnya kesepakatan damai dicapai. Kemarin, siang kedua belah pihak sepakat menghentikan semua pertikaian. Perdamaian ini difasilitasi oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak dan disaksikan oleh Kapolda Kaltim, Irjen Pol Mathius Salempang, Pangdam Mulawarman, Mayjen Tan Aspan dan bupati – wakil bupati se Utara Kaltim dan pejabat lainnya, di Swissbell Hotel, Tarakan.

Sementara kedua belah pihak diwakili oleh H Sani (sebagai wakil dari kelompok Bugis) dan H Abdul Wahab (perwakilan suku Tidung). Juga ada perwakilan keluarga korban AP Abdul Wahab (45), warga Kelurahan Kampung Satu Skip atas nama keluarga almarhum Abdullah bin H Salim yang meninggal dunia pada Minggu 26 September 2010, dan Sudding (55), warga Kelurahan Juata Kerikil selaku paman atau wakil keluarga yang diduga terlibat pertikaian di kelurahan Juata Permai. Total ada 10 item perjanjian yang disepakati (lihat grafis) kedua belah pihak yang bertikai.

Usai ditandatangani, kedua belah pihak berangkulan. Tepuk tangan dan air mata pun tumpah diantara kedua belah pihak. Perwakilan suku Tidung, H Abdul Wahab usai penandatanganan perdamaian mengaku gembira dengan kesepakatan. Tegasnya, seluruh permasalahan yang terjadi beberapa hari belakangan dan meresahkan masyarakat tersebut sudah clear. “Sudah, tak usah diungkit-ungkit lagi, yang sudah terjadi, biarlah sudah. Yang paling baiknya itu adalah semua harus selesai hari ini. Jadi yang sudah lewat itu sudahlah jangan diberitakan lagi,” imbuhnya.

Salah seorang tokoh Bugis yang hadir dalam pertemuan, Yancong mengaku lega dengan kesepakatan yang dihasilkan kedua belah pihak. “Saya kira ini sangat menggembirakan saya, termasuk saya secara pribadi dan masyarakat Pinrang secara umum Sulsel (Bugis), bahwa apa yang kita khawatirkan selama ini bisa kita selesaikan dengan baik dan berakhir dengan hasil yang sangat memuaskan,” ungkapnya.

Sebelumnya, perundingan kedua belah pihak berlangsung alot. Sejak Rabu (29) sore, perundingan antara kedua belah pihak digagas dan dilaksanakan di ruang VIP Bandara Juwata Tarakan. Gubernur dan Kapolda serta Pangdam menjadi mediator. Malam itu sempat ada kesepakatan. Namun pada saat sosialisasi, ada ganjalan dari kubu suku Tidung. Akhirnya perjanjian dilanjutkan Kamis pagi.

Soal keberadaan warga Tidung , Wahab mengatakan, siap akan mengarahkan mereka agar kembali ke rumah masing-masing dan segera menarik diri. Tokoh warga rumpun Tidung ini pun menghimbau warganya untuk tidak lagi membawa benda-benda tajam. “Jadi, kalau yang dari hulu-hulu sungai, baik dari Sekatak, Bulungan maupun dari mana-mana tempat yang mungkin hari ini tidak sempat pulang, mungkin besok sudah bisa pulang. Begitu juga dengan yang bawa senjata tajam, kalaupun ada, saya akan arahkan mereka agar benda-benda tajam itu disimpanlah di rumah,” katanya.

Yancong pun siap menarik semua warganya yang terlibat dan mengarahkan mereka. “Kita harus akui ini sebagai awal kedamaian Tarakan, jangan lagi ada mata dari luar yang menyaksikan kita bertikai, kita semua harus damai dan rukun seperti puluhan tahun lalu hingga saat ini,” pungkasnya.

Beberapa pihak juga puas dengan kesepakatan damai itu. Misalnya Brigjen Ibrahim Saleh, utusan Kepala Staf TNI AD. “Saya sangat bangga dengan keputusan ini dan saya yakin semua bisa menerimanya dan ikut mendukung sosialisasi hasil pertemuan ini sampai ke tingkat bawah,” tegasnya. Letkol Arm Andi Kaharuddin Dandim 0907

Tarakan juga mengaku salut dengan kedua pihak. “Seluruh warga mendambakan kesepakatan damai ini, dan sejarah damai itu dibuat sendiri oleh warga Tarakan yang menginginkan kedamaian, saya salut,” tandasnya.

Bupati Bulungan Budiman Arifin dan Bupati Tana Tidung Undunsyah juga mengaku gembira. “Kami sangat gembira menyambut kesepakatan ini dan kami berharap berkelanjutan agar kedamaian tetap terjaga di bumi Kalimantan ini,” kata Budiman. “Semua pihak harus menghormati kesepakatan ini dan segera menyampaikan hasilnya kepada warga-warga mereka agar kembali kondusif karena damai itu sangat indah,” sambung Undunsyah.

Faridil Murad, Ketua Persatuan Suku Asli Kalimantan (Pusaka) Pusat juga senang. “Kesepakatan ini menggembirakan. Baik antar suku dan berbagai agama pun kita harus saling menjaga toleransi, sehingga dimana pun bumi dipijak disitu langit dijunjung,” katanya.

Dari Kedua Belah Pihak Yang Bertikai dan Aparat Terkait sudah menemukan Kata Sepakat, Dalam Mewujudkan, Keamanan, Perdamaian dan Ketentraman Bersama, Antara lain :

1. Kedua bela pihak sepakat menarik diri dan tidak memulai aksi anarkis.
2. Me...nyerahkan persoalan kepada yg berwajib sesuai ketentuan yg berlaku
3. Melarang membawa senjata tajam,apabila ditemukan maka akan diproses oleh pihak yg berwajib.
4. Menghormati tradisi yg ada untuk mempererat tali persaudaraan.
5. Suku-suku yg membantu dari luar akan dipulangkan paling lambat 1x24jam.
6. Pemprov membantu smua kerugian akibat pertikaian.
7. Menginformasikan kepada seluruh warga Tarakan, bahwa sudah disepakati damai disaksikan Gubernur KAL-TIM..


Terima Kasih Tuhan, Terima Kasih Para pemimpin, terima kasih para keamanan, Warga, dan semua pihak yang turut mendamaikan kota kami tercinta, TARAKAN.. :)


Presiden Turut serta mendamaikan Tarakan


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui sambungan telepon kepada Gubernur Kalimantan Timur Awang Farouk Ishak meminta kepada pemerintah, aparat keamanan, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan agama agar tetap menjaga dan mengawal kesepakatan damai yang telah dicapai.

“Saya minta terus dikawal kesepakatan damai yang telah dicapai kemarin. Pemimpin, masyarakat tokoh agama dan adat terus meyerukan dan memberikan contoh. Lalu Polisi dan TNI mengawal, mengamankan dan memastikan keamanan betul-betul pulih,” pinta Presiden dalam percakapan khusus via telepon kepada Gubernur Kaltim Awang Faroek disela-sela pertemuan rekonsiliasi keluarga korban dengan pihak keluarga tersangka di hotel Swiss-bell Tarakan.

Rabu (29/9/2010) sore di ruang VIP Bandara Juwata Tarakan disepakati pelucutan senjata dengan kesadaran sendiri, pembubaran konsentrasi massa, dan disosialisaikannya hasil kesepakatan diantara kedua belah pihak.

Pada kesempatan itu Presiden juga meminta agar dilakukan patroli dengan pengawasan yang ketat dan pengamanan didaerah-daerah yang berpotensi menimbulkan kerawanan konflik.

Dalam pembicaraan itu juga Presiden menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada komunitas Bugis dan Dayak maupun pemerintah daerah dan aparat keamanan yang telah berupaya menghentikan kekerasan. Sumber: okezone.com





Tragedi Rusuh Tarakan

Tarakan-kalimantan Timur, Kota kecil kami tercinta berduka.
Ini terjadi karena adanya Bentrok antar Etnis antara suku tidung dan suku bugis letta.

Berikut konologi kejadian yang disampaikan Divisi Humas Polri dalam situs resmi Polri, Rabu.

Minggu, 26 September 2010, sekitar pukul 22.30 Wita
Abdul Rahmansyah, warga Kelurahan Juata Permai, dikeroyok lima orang tak dikenal saat melintas di Perum Korpri, Jalan Seranai III, Juata, Kecamatan Tarakan Utara, Kota Tarakan. Ia terluka di telapak tangan. Abdul pulang ke rumah untuk meminta pertolongan dan diantar pihak keluarga ke RSU Tarakan untuk berobat.

Senin, 27 September 2010
Sekitar pukul 00.30 Wita, Abdullah (56), orangtua Abdul Rahmansyah, beserta enam orang yang merupakan keluarga dari suku Tidung berusaha mencari para pelaku pengeroyokan dengan membawa senjata tajam berupa mandau, parang, dan tombak. Mereka mendatangi sebuah rumah yang diduga sebagai rumah tinggal salah seorang dari pengroyok di Perum Korpri.

Penghuni rumah yang mengetahui rumahnya akan diserang segera mempersenjatai diri dengan senjata tajam berupa badik dan parang. Setelah itu, terjadilah perkelahian antara kelompok Abdullah dan penghuni rumah tersebut yang adalah warga suku Bugis Latta. Abdullah meninggal akibat sabetan senjata tajam.

Pukul 01.00 Wita, sekitar 50 orang dari kelompok suku Tidung menyerang Perum Korpri. Para penyerang membawa mandau, parang, dan tombak. Mereka merusak rumah Noordin, warga suku Bugis Letta.

Pukul 05.30 Wita terjadi pula aksi pembakaran rumah milik Sarifudin, warga suku Bugis Latta, yang juga tinggal di Perum Korpri.

Pukul 06.00 Wita, sekitar 50 orang dari suku Tidung mencari Asnah, warga suku Bugis Latta. Namun, ia diamankan anggota Brimob.

Pukul 10.00 Wita, massa kembali mendatangi rumah tinggal Noodin, warga suku Bugis Latta dan langsung membakarnya.

Pukul 11.00 Wita, massa kembali melakukan perusakan terhadap empat sepeda motor yang berada di rumah Noodin.

Pukul 14.30 Wita, Abdullah, korban tewas dalam pertikaian dini hari, dimakamkan di Gunung Daeng, Kelurahan Sebengkok, Kecamatan Tarakan, Tengah, Kota Tarakan.

Pukul 18.00 Wita, terjadi pengeroyokan terhadap Samsul Tani, warga suku Bugis, warga Memburungan, Kecamatan Tarakan Timur, Kota Tarakan, oleh orang tidak dikenal.

Pukul 18.00 Wita, personel gabungan dari Polres Tarakan (Sat Intelkam, Sat Reskrim, dan Sat Samapta) diperbantukan untuk mengamankan tempat kejadian perkara.

Pukul 20.30 Wita hingga 22.30 Wita, berlangsung pertemuan yang dihadiri unsur pemda setempat, seperti Wali Kota Tarakan, Sekda Kota Tarakan, Dandim Tarakan, Dirintelkam Polda Kaltim, Dansat Brimob Polda Kaltim, Wadir Reskrim Polda Kaltim, serta perwakilan dari suku Bugis dan suku Tidung. Pertemuan berlangsung di Kantor Camat Tarakan Utara.

Dalam pertemuan itu, disepakati bahwa masalah yang terjadi adalah masalah individu. Para pihak bertikai sepakat menyerahkan kasus tersebut pada proses hukum yang berlaku. Polisi segera bergerak mencari pelaku. Semua tokoh dari elemen-elemen masyarakat memberikan pemahaman kepada warganya agar dapat menahan diri.



Selasa, 28 September 2010
Pada pukul 11.30 Wita, polisi menangkap dua orang yang diduga kuat sebagai pelaku dalam pembunuhan Abdullah. Mereka adalah Baharudin alias Bahar (20) dan Badarudin alias Ada (16).

Namun, pada Selasa pukul 20.21 Wita, terjadi lagi bentrokan yang melibatkan sekitar 300 warga dan aksi pembakaran terhadap rumah milik Sani, salah seorang tokoh suku Bugis Latte Pinrang. Dua orang tewas adalah Pugut (37) dan Mursidul Armin, sementara empat orang lainnya terluka.